Saterdag 20 April 2013

Sejarah Dewa Ganesha

Di dalam agama Hindu, Ganesha termasuk salah satu dewa yang paling populer, di samping Dewa-dewa Trimurti, yakni Brahma (dewa pencipta alam semesta), Wisnu (dewa pemelihara alam semesta), dan Siwa (dewa perusak alam semesta). Sejak bertahun-tahun lalu temuan arca Ganesha dari seluruh Indonesia sangat banyak jumlahnya. Ada yang berhiasan sederhana, ada pula yang kelihatan megah. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan keterampilan seniman pembuatnya atau kondisi ekonomi masyarakat sekitar.
Ganesa atau Ganesha adalah dewa berkepala gajah. Di kalangan masyarakat Hindu, Ganesha dianggap setengah manusia dan setengah dewa. Peranan Ganesha begitu penting karena dia adalah anak Dewa Siwa.
Masyarakat Hindu percaya Ganesha merupakan dewa ilmu pengetahuan. Maka di banyak tempat, termasuk di Indonesia, sampai sekarang masyarakat Hindu sering membangun kuil berisi Dewa Ganesha. Konon hal ini dimaksudkan agar anak-anak yang dilahirkan menjadi pintar dan berbakti kepada orang tua.
Sebagai dewa ilmu pengetahuan, Ganesha selalu mengundang kekaguman para pakar ikonografi (pengetahuan tentang seni arca kuno) karena bentuk, gaya seni, dan langgamnya yang berbeda-beda. Namun ciri utama Ganesha tetap sama, yakni memiliki belalai yang sedang mengisap isi mangkok dalam genggaman tangan depannya.
Mangkok tersebut, menurut mitologi Hindu, berisi cairan ilmu pengetahuan yang tidak habis-habisnya walaupun diisap terus-menerus olehnya. Hal inilah yang kemudian diidentikkan dengan ilmu pengetahuan, yang tak pernah habis digali dan tak pernah henti digarap. Mungkin, hal demikianlah yang diharapkan dari para manusia.
Karena popularitas Ganesha sangat tinggi, dia juga dipuja sebagai dewa penyingkir segala rintangan, baik gangguan gaib (magis) maupun gangguan fisik. Ganesha semakin dipuja karena dia memiliki sahabat karib tikus. Sang tikus kemudian dijadikannya sebagai wahana (= kendaraan tunggangan). Karena itu dalam pengarcaannya Ganesha selalu menunggang tikus (musaka). Musaka merupakan simbol dari keangkuhan diri. Jadi diharapkan musaka itu akan berperan sebagai pengendali dari keangkuhan seseorang.
Sering diartikan pula bahwa tikus sesuai dengan sifat Ganesha. Tikus dapat melewati segala rintangan di lokasi mana pun, seperti di dalam rumah, sawah, dan selokan. Begitu pun yang diharapkan dari Ganesha, karena gajah mampu mendobrak segala pepohonan di hutan dengan tubuhnya yang gagah dan kuat. Pepohonan diibaratkan berbagai masalah besar.
Menurut para arkeolog di zaman Hindia Belanda seperti W.F. Stutterheim dan R. Goris, pemujaan secara khusus kepada Ganesha (dinamakan Ganaphati), banyak dilakukan masyarakat kuno di Jawa dan Bali. Tafsiran ini didasarkan atas banyaknya temuan arca Ganesha di sejumlah situs arkeologi. Uniknya, pemujaan sejenis kepada dewa-dewa lainnya tidak pernah ditemukan. Kemungkinan dewa-dewa lain kurang memperoleh perhatian dari masyarakat kuno karena peranannya dianggap kecil.
MitologiSebagai salah satu dewa terkemuka dan banyak pemujanya, Ganesha banyak dikupas sejumlah sumber kuno. Versi yang paling dikenal terdapat dalam kitabSmaradahana.
Dikisahkan, suatu ketika Kadewataan akan diserang oleh para raksasa pimpinan Nila Rudraka. Karena para dewa tidak mampu menghadapi para raksasa itu, mereka bersepakat untuk meminta bantuan kepada Dewa Siwa yang ketika itu sedang bertapa. Setelah berunding, mereka menunjuk Dewa Kamajaya untuk membangunkan Dewa Siwa dari pertapaannya itu.
Ternyata, Dewa Siwa sulit untuk dibangunkan. Dengan terpaksa Dewa Kamajaya mengeluarkan senjata andalannya, yakni panah pancavisaya. Senjata ini terkenal sangat ampuh untuk membangkitkan birahi dan rasa rindu. Setelah terkena panah itu, Dewa Siwa pun rindu kepada isterinya, Dewi Uma, yang berada di Kadewataan. Akhirnya, Dewi Uma hamil.
Suatu saat, para dewa menghadap Dewa Siwa untuk mengabarkan bahwa tentara Nila Rudraka hampir mendekati Kadewataan. Di antara para dewa itu terdapat Dewa Indra yang menaiki gajah Airavata yang gagah dan super besar. Tanpa disangka, Dewi Uma yang sedang hamil tua sangat ketakutan melihat gajah itu sehingga dia jatuh pingsan.
Setelah saatnya tiba Dewi Uma pun melahirkan anak tepat seperti ucapan Dewa Siwa, yakni berkepala gajah dan berbadan manusia. Anak itu lalu diberi nama Ganesha, dimaksudkan agar segera mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mengalahkan para raksasa jahat.
Ketika dilibatkan dalam peperangan, mula-mula Ganesha mengalahkan para tentara raksasa. Seluruh musuh para dewa itu dilibasnya dengan mudah. Setelah semuanya mati, Ganesha tinggal berhadapan langsung dengan pimpinan tentara raksasa jahat, yaitu Nila Rudraka.
Duel yang maha dahsyat pun terjadi di antara keduanya. Semakin sengit duel itu, ternyata tubuh Ganesha semakin besar. Pada suatu ketika Nila Rudraka berhasil mematahkan salah satu gading Ganesha. Sambil memegangi patahan gadingnya lalu Ganesha mengeluarkan senjata andalannya, yaitu parasu (kapak pendek). Dengan senjata itu akhirnya Ganesha dapat membinasakan Nila Rudraka.
Sesuai mitologi ini maka dalam pengarcaannya Ganesha selalu ditampilkan memegang patahan gading di salah satu tangannya dan parasu di tangan yang lain. Dua tangan lainnya memegang aksamala (tasbih) dan mangkok. Dengan demikian Ganesha bertangan empat, sebagai pertanda bahwa kemampuan Ganesha melebihi manusia biasa.
Rupa-rupanya penganut Ganesha memiliki berbagai aliran. Ini terlihat ketika para seniman tidak selalu konsisten dalam memahat arca Ganesha. Yang paling jelas terlihat pada gadingnya, sebagaimana temuan di sejumlah candi. Ada yang patah di sebelah kanan, ada yang di sebelah kiri, dan ada pula yang keduanya tidak patah. Namun yang paling banyak dijumpai pada situs-situs arkeologi adalah Ganesha bergading satu (disebut ekadanta).
Selain itu, sikap Ganesha pun digambarkan berbeda-beda. Sebagian seniman menggambarkannya dalam sikap duduk. Sebagian lagi melukiskannya dalam posisi berdiri. Ini pun memiliki beberapa variasi, seperti berdiri dengan kedua kaki dan berdiri di atas satu kaki. Secara panjang lebar arkeolog Edi Sedyawati pernah membahas topik ini dalam disertasinya “Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian” (1992).
Ternyata Ganesha bukan saja dipuja sebagai dewa ilmu pengetahuan dan penyingkir segala rintangan, tetapi juga sebagai dewa kebijaksanaan dan kesenian. Di negara asalnya, India, Ganesha juga dipandang sebagai dewa keberuntungan dan kemakmuran karena dalam penggambarannya Ganesha memerlihatkan perut yang besar.
Kini nama Ganesha sudah demikian populer karena banyak dipakai oleh lembaga atau perusahaan di Indonesia. Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakannya sebagai lambang atau logo. Banyak perusahaan menggunakannya sebagai merk dagang. Tampaknya fenomena Ganesha tak pernah pudar.
Diciptakan Parwati, Dibunuh SiwaMenurut Kitab Siwa Purana, pada suatu hari Dewi Parvati—isteri Dewa Siwa—ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, maka dia menciptakan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ganesha. Dia berpesan kepada Ganesha agar tidak mengizinkan siapa pun masuk ke rumahnya saat Dewi Parwati mandi. Dia pun hanya boleh menuruti perintah Dewi Parwati. Pesan dan perintah tersebut dilaksanakan dengan baik oleh Ganesha.
Syahdan Dewa Siwa suami Dewi Parwati pulang dan hendak masuk ke rumahnya. Namun ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh si anak kecil itu. Ganesha melarangnya karena dia melaksanakan perintah Dewi Parwati.
Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami Dewi Parwati dan rumah yang dijaga Ganesha adalah rumahnya juga. Namun Ganesha tetap tidak mau mendengarkan perintah Dewa Siwa. Ini sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.
Dewa Siwa kehilangan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesha. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesha. Saat Dewi Parwati selesai mandi, ia menemukan putranya sudah tak bernyawa. Mengetahui putranya dibunuh oleh Dewa Siwa, ia menjadi amat marah dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali.
Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya. Dewa Siwa kemudian menemui Dewa Brahma menceritakan kejadian tersebut. Atas saran Dewa Brahma, Dewa Siwa mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara.
Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala menghadap utara. Saat mengetahui kepalanya akan dipenggal sang gajah melawan hingga salah satu gadingnya patah. Namun kepala gajah itu pun akhirnya dapat dipenggal dan digunakan untuk menggantikan kepala Ganesha. Akhirnya Ganesha dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa.
Kepala Pemuda Tampan. Kelahiran Ganesha, menurut versi lain, dilatari oleh permintaan Indra dan para dewa, agar Siwa menciptakan tokoh yang dapat mengalahkan raksasa yang ingin menguasai tempat tinggal para dewa. Kemudian Siwa mengerahkan salah satu kekuatannya dalam ujud seorang pemuda tampan yang lahir dari rahim Parwati. Pemuda tersebut diberi nama Vighneswara (Penyingkir Rintangan). Kelak dia diperintahkan untuk mengalahkan para raksasa.
Parwati sangat bangga akan ketampanan putranya. Maka dia mengundang para dewa untuk memamerkan putranya itu. Semua dewa memandang kagum kepada Vighneswara. Kecuali Sani (Saturnus), dia tidak mau memandang Vighneswara karena membawa kutukan isterinya. Konon, apa saja yang dipandangnya akan berubah menjadi abu.
Meskipun sudah menolak, Parwati tetap meminta Sani memandang putranya. Akibatnya kepala Vighneswara hancur menjadi abu. Parwati pun sangat berduka. Kemudian Brahma menghibur Parwati dan berjanji memulihkan kepala putranya dengan makhluk pertama yang dilihatnya. Makhluk pertama yang dijumpai Brahma adalah seekor gajah.
Ganesha sangat populer dan banyak pemujanya, terutama dari sekte Ganapatya. Ganapati adalah nama lain Ganesha dalam kedudukannya sebagai pimpinan para gana. Gana adalah makhluk kahyangan yang termasuk di dalam kelompok pariwara kecil yang bertugas sebagai pasukan pengawal Siwa. Dalam cerita wayang, Ganesha disebut Bhatara Gana.
Sebagai dewa yang cukup populer, Ganesha mempunyai banyak nama. Yang terkenal adalah Ganapati (pemimpin para gana), Ekadanta (hanya memiliki satu gading), Lambodara (berperut gendut), Vighneswara (berhasil menghalangi segala rintangan dan kesulitan), dan Heramba (bertangan delapan).

Motivasilah Dirimu Sendiri


Judul yang saya tulis diatas adalah kata2 yang sering kita dengar namun sulit sekali untuk menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, untuk itu saya ingin berbagi sesuatu dengan anda mengenai Motivasi. Catatan ini saya tulis setelah mengingat kembali kata2 guru saya waktu di sekolah dulu.

So, let's start....

Apa itu motivasi?
Motivasi adalah ENERGI yang MENDORONG anda untuk MAJU MENGAMBIL TINDAKAN (Action).
2 elemen penting yang membentuk motivasi adalah:
1. ENERGY
2. MOTION (pergerakan)
Yang juga dikenal sebagai EMOSI (e-motion). Nah, apa sih yang membuat Motivasi itu penting? Bukankah Motivasi hanya sekedar yel-yel “ayo SEMANGAT!!…”, ” AYO MAJU!!…”, “KAMU BISA!” yang membuat anda jenuh? Banyak orang berfikir bahwa motivasi HANYA sekedar yel-yel tidak penting.
Apa benar begitu? Mari kita teliti.

Hal apa yang paling penting dari sebuah handphone?
Mungkin anda menjawab FITUR nya, BENTUK nya, atau mungkin ANTENA yang mampu menangkap sinyal lebih kuat.
Jika anda menjawab DEMIKIAN, anda SALAH. Yang paling penting dari sebuah Handphone adalah BATERAI nya!
Karena tanpa baterai, sebetapa pun CANGGIH nya FITUR handphone tersebut, handphone tersebut hanyalah benda mati yang tak berguna. Oleh karena itu, BATERAI nomor 1, Fitur nomor 2.
Lalu bukankah baterai handphone isinya ENERGI?

Hmmm…
Tak peduli sebetapa JENIUS nya anda, TANPA MOTIVASI, anda hanyalah orang yang tak berguna.
Perhatikan teman-teman anda. Adakah diantara mereka yang memiliki talenta luar biasa namun tidak termotivasi untuk mendaya-gunakan nya? Hal tersebut tentu membuat anda KESAL karena anda akan berfikir bahwa jika talenta tersebut milik anda, anda akan termotivasi untuk melakukan banyak hal bukan? Justru malah anda yang termotivasi, sedangkan teman anda yang potensial malah berdiam diri.

Lalu pertanyaan nya…
Dapatkah tidak orang tanpa talenta meraih sukses besar hanya bermodalkan MOTIVASI? INTI yang perlu anda ingat adalah: Motivasi adalah TENAGA yang mendorong anda untuk BERGERAK.

Apa yang membuat seseorang termotivasi?
MOTIVASI datang dari kata MOTIF, yang artinya TUJUAN.
Pernahkan anda mendengar kalimat: “Dia punya MOTIF tersembunyi…” atau “Apapun yang ia lakukan, MOTIF nya baik kok” atau “MOTIF dibalik tingkah lakunya belum jelas”. Jadi, yang membuat seseorang TER-MOTIV-ASI, adalah MOTIF yang ia miliki. Anda akan sulit termotivasi jika anda tidak punya TUJUAN (MOTIF)

Apa yang harus anda lakukan jika anda JENUH?

Kejenuhan sama dengan handphone yang sedang lowbat. Psikolog bernama Mihaly Csikszentmihalyi menulis buku berjudul FLOW. Flow adalah kondisi dimana seseorang mengalami semangat positif penuh motivasi, yang menyebabkan semua yang ia kerjakan berhasil dengan cepat dan mudah.

Pernahkah anda merasakan FLOW? Yaitu saat dimana apapun yang anda lakukan tampak mudah dan lancar tanpa usaha yang berlebihan? Untuk keluar dari kejenuhan dan kembali termotivasi, anda harus masuk ke zona FLOW.
Untuk masuk ke zona Flow, anda perlu 2 hal, yaitu KEBAHAGIAAN dan TANTANGAN.

Mengapa harus BAHAGIA?
Karena jika anda stress, zat kimia yang dibutuhkan otak untuk menghasilkan “hormon semangat” akan terhambat. Jika anda bahagia, otak anda akan lebih cerdas, lebih cepat memproses data, dan lebih terfokus untuk mengeluarkan ide agar anda segera mendapatkan hasil. Itulah mengapa penyakit dapat lebih cepat sembuh saat anda bahagia walaupun anda sakit.

Lalu bagaimana caranya kita bisa bahagia jika keadaan kita buruk?
Caranya adalah dengan BERSYUKUR akan keadaan anda saat ini. Cara agar anda dapat BERSYUKUR adalah dengan membandingkan keadaan buruk anda dengan keadaan orang lain yang lebih buruk dari keadaan anda sekarang. Contohnya jika menyesali nasib anda yang sedang sakit parah, bandingkan nasib anda dengan nasib orang-orang yang memiliki penyakit yang lebih parah dari anda. Maka SECARA INSTAN anda akan merasa bersyukur dan BAHAGIA dengan kondisi anda sekarang. Dan jika anda BERSYUKUR, maka anda akan BAHAGIA. Dan jika anda BAHAGIA, maka anda masuk ke zona Flow dan memiliki MOTIVASI yang akan mempercepat proses penyembuhan anda.

INGAT: Syukuri apapun kondisi anda saat ini untuk dapat BAHAGIA.

Lalu bagaimana dengan TANTANGAN?
Mengapa untuk dapat termotivasi anda juga perlu tantangan setelah kebahagiaan?
Begini… OTAK anda TER-PROGRAM untuk merasakan SENSASI MOTIVASI saat anda TERTANTANG, bukan saat anda MERAIH sesuatu.
Saya ulangi:
OTAK anda TER-PROGRAM untuk merasakan SENSASI MOTIVASI saat anda TERTANTANG, bukan saat anda MERAIH sesuatu.

Coba ingat-ingat saat dimana anda BENAR-BENAR menginginkan sesuatu. Saat “proses menuju kesana”, anda tentu BERSEMANGAT untuk mendapatkan sesuatu yang anda inginkan tersebut bukan? Namun saat anda SUDAH MERAIHNYA, anda merasa biasa saja bahkan jenuh.

Contoh pengalaman pribadi saya: Dulu  saya sangat menggebu-gebu ingin berkenalan sama seorang wanita dari Kota Malang, dia temen kerja sepupu saya. Udah cantik, baek dan gak malu2in kalo di ajak ke kondangan, heheheheheee. Dan saya pun memiliki motivasi untuk bekerja keras demi berkenalan sama tuh cewek. Lalu perkenalan pun terjadi dan berhasil mendapatkan no hape nya.
Namun saat saya berhasil jalan sama dia, perkenalan tersebut hanya bertahan selama 2 minggu sebelum saya akhirnya merasa malas untuk meneruskannya. No hape tersebut akhirnya hanya menjadi pajangan.

Jadi INGAT:
SUMBER MOTIVASI terdapat pada TANTANGAN, bukan PENCAPAIAN.

Pencapaian hanyalah BATU LONCATAN agar anda dapat memiliki TANTANGAN untuk mencapainya.
Jika anda JENUH, TANTANG diri anda dengan SEBUAH TARGET dan SEGERALAH TERJUN kedalam proses nya. Dengan begitu anda akan merasakan SENSASI MOTIVASI, ditambah dengan PENCAPAIAN TARGET yang akan segera anda raih karena anda SEMANGAT menjalankan proses nya.
Sangat mudah toh?

Jadi INGAT:
Saat anda jenuh dan ingin termotivasi, masuklah ke zona Flow dengan menjadi BAHAGIA dan memberikan diri anda TANTANGAN.